Effendy, Sang Penemu 730 Senyawa Baru

Indonesia boleh berbangga karena memiliki Prof Effendy, ahli kristalografi yang diakui dunia.

Inilah Wajah Bumi Malam Hari Dilihat dari Antariksa

Bumi acapkali disebut Planet Biru karena citranya yang tampak biru saat diambil pada siang hari. Tapi, apakah Bumi juga biru pada malam hari?

Robot capung yang bisa terbang melayang secara berpasangan

Para peneliti institut teknologi di Gerogia telah mengembangkan robot capung yang dapat terbang dan

Robot yang bisa dikendalikan dengan pikiran

Virtual Embodiment and Robotic Re-embodiment (VERE) sedang mengembangkan sebuah robot yang bisa dikendalikan oleh pikiran

Airbag Untuk Smartphone

Bagi pengguna smartphone yang mahal pasti sangat dijaga hati-hati, apalagi smartphone tersebut merupakan gadget kesayangannya

Tuesday, September 12, 2017

FISIP JADI TUAN RUMAH KONFERENSI INTERNASIONAL IAPA (INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION) 2017


Surabaya – Humas  | FISIP Unair tahun ini menjadi tuan rumah konferensi bertartaf Internasional, Indonesian Association for Public Administration (IAPA) menuju Open Goverment. Acara yang bertempat di Gedung Rektorat, Kampus C Unair ini diselenggarakan selama dua hari yakni tanggal 8-9 September 2017. IAPA pada tahun ini mengangkat tema “Towards Open Goverment Finding The Whole-Goverment Approach” yang bertujuan meningkatkan keterlibatan publik dan mengembangkan teknologi baru dalam memperkuat proses pembuatan kebijakan yang demokratis dan partisipatif.
Rangkaian IAPA terdiri dari dua sesi utama, yakni keynote and discussion session dan panel session. Pada hari pertama, Keynote and discussion session oleh Prof. (Assoc). Tippawan Lorsuwannarat, Ph.D (Director Ph.D Progamme National Institute of Development Administration (NIDA), Thailand) mnegenai Open Goverment – Reflections on Country Development, Prof. Peter Grabosky (Australian National University) mengenai “Secrery, Transparacy, and Legitimacy in National Security and Domestic Policing”, dan Dr. Violeta Schubert (The University of Melbourne) mengenai “Goverment-Culture Nexus: Exploring the Efficay of Explanatory Value ‘of culture’ as Casuality for Poor Governance and Performance”.
Lalu dihari kedua, oleh  Yanuar Nugroho Ph.D (Executive Office of the President of Republic of Indonesia) mengenai “Open Govement Milestones-Indonesia’s Experience”, Prof. Andrew Rosser (University of Melbourne) dengan topik ”Political Economy in Open Goverment”, Dr. Falih Suaedi (Dekan FISIP Unair) tentang  “Leadership in Open Goverment”, Dr. Waluyo (Commisioner of Civil Service Reform) dan Drs. Suyoto, M.Si (Bupati Bojonegoro) tentang “Open Goverment Best Practices in Bojonegoro”.
Seminar ini dihadiri sebanyak 157 civitas akademika dari jurusan Administrasi Negara se-Indonesiaselama dua hari untuk memperluas wawasan dan menambah ide mahasiswa bersama narasumber yang expert dibidangnya. Utamanya dalam mengetahui untuk dapat mencapai Open Goverment (Pemerintahan yang terbuka). Bukan teknologi canggih saja yang dibutuhkan, tetapi Pembangunan Komunikasi Interaktiflah,  guna menghubungkan masyarakat dengan pemerintah.
Dalam acara ini juga dihadiri oleh Wakil Dekan II FISIP Unair (Dr. Tuti Budi Rahayu, M.Si) yang sekaligus membuka dan memberikan sambutan. Selain seminar IAPA 2017 dilanjutkan dengan Gala Dinner sekaligus penandatanganan MOU terkait kerjasama Akademis Keilmuan Administrasi Publik kepada Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB) Prof. Dr. Eko Prasodjo selaku Presiden IAPA dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Diharapakan kerjasama ini terus berlanjut, untuk mempertahankan silaturahmi untuk bersama-sama mencapai pembangunan lebih baik. (RVN)

museum budaya unair punya koleksi benda antik dari dinasti tiongkok

Koleksi Museum Sejarah dan Budaya Universitas Airlangga bertambah. Museum ini mendapatkan sumbangan barang-barang antik sejak peradaban Cina Dinasti Ming, Jing, Sung, maupun Tang. Jumlah ini menambah barang-barang museum yang sebelumya hanya terbatas koleksi-koleksi dari dalam negeri.
Keluarga Aminuddin yang merupakan profesor peneliti dari Museum Nasional RI memberikan sumbangan barang-barang antik itu. Sang anak, Mohammad Faisal Hasan Mujaddin., M.A., menyerahkan secara simbolis barang-barang pada Senin, (28/8) di Museum Sejarah dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, UNAIR. Kepada UNAIR News, Faisal mengatakan bahwa koleksi itu berasal dari ribuan tahun yang lalu.
“Jumlahnya ada 12, meliputi barang dari berbagai macam dinasti, Ming, Jing, Sung, maupun Tang. Semuanya sangat berharga dan masuk katalog cagar budaya,” ucap koordinator Museum Sejarah dan Budaya UNAIR Edy Budi Santoso., S.S., M.A.
Penambahan koleksi ini dikatakan Edy dapat menambah wawasan kepada mahasiswa maupun generasi muda lainnya. Pun memberi wawasan bahwa kini, warisan budaya bukan saja memiliki nilai historis yang tinggi namun juga memiliki nilai nominal yang tidak sedikit.

Keunikan dan proses sejarah yang mahal
Benda-benda antik itu memiliki sejarah kepemilikan yang cukup tinggi. Oleh karenanya, jika dinominalkan setara dengan 750 ribu dolar Singapura. Benda-benda itu bisa saja dijual dengan harga murah. Namun karena memiliki keunikan sejarah yang tinggi, kolektor berlomba-lomba memilikinya.
“Barang-barang ini bisa saja murah. Bisa saja dijual hanya satu juta, tergantung keunikan dan sejarah kepemilikan barangnya,” ujar Faisal yang merupakan alumnus program Master of Art, Lasalle College of The Art, Singapore.

Mengapa kita bisa membeli barang-barang antik dengan harga murah sedangkan di luar negeri bisa dijual dengan harga mahal sekali? Itu karena keunikan dan histori yang memiliki peran sangat penting. Faktor historis itu meliputi kepemilikan serta bagaimana benda tersebut bisa ditemukan.
Di luar negeri, seperti di Amerika dan Hongkong misalnya, ada alat pendeteksi tanah yang dapat digunakan dalam memprakirakan umur semuah barang. Alat itu berfungsi untuk mendeteksi umur tanah. Selanjutnya, dari prakiraan umur yang didapat, dapat dilakukan riset mendalam mengenai sebuah benda bersejarah.
Sayangnya, Indonesia belum memiliki peralatan ini. Sehingga ada juga praktik pemalsuan barang antik yang tiruannya banyak beredar di pasaran. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh
Editor: Defrina Sukma S http://unair.ac.id
Submer : Link

Dosen dengan CSR seru


Tanggung jawab sosial pada dasarnya bukan hanya tanggung jawab dari perusahaan profit semata. Perguruan tinggi juga harus memiliki aktivitas peduli pada lingkungan dan masyarakat, sehingga muncullah konsep Pengabdian kepada Masyarakat.  Secara umum, konsep CSR yang dilakukan perguruan tinggi kemudian mendapat istilah tersendiri, yakni University Social Responsibiliy (USR).
MM FEB Unair, sebagai bentuk experiential bases learning, telah banyak melaksanakan aktivitas CSR yang inovatif. Himpunan Mahasiswa MM FEB Unair, distimuli untuk mengadakan kegiatan USR yang memiliki nilai manfaat tinggi, inovatif dan bernilai berita. Beberapa aktivitas telah terlaksana baik dengan subyek, anak yatim piatu, tukang becak, tukang sampah, anak terlantar, dan komunitas penderita epilepsi.
Dekanat FEB Unair, berkaitan dengan hal tersebut pada saat Dies Natalis ke 56nya, merespon berbagai aktivitas positif tersebut dengan memberikan penghargaan kepada Dr. Gancar C Premananto, sebagai dosen dengan Pengabdian Masyarakat Terbaik, karena sejak 2012 melakasanakan aktivitas berbagi yang inovatif dengan para budayawan ludruk, dengan mengadakan Ludruk for Charity.
Berbagi itu memang indah dan membahagiakan.(gcp)

Hijabbuket, Kreasi Unik Karya Tiga Calon Bidan

Ungkapan rasa sayang kerap kali diekspresikan dengan menghadiahkan sebuket bunga mawar segar. Namun tampaknya alternatif kado satu ini sudah terlalu mainstream. Di tangan tiga mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran UNAIR, gulungan kain jilbab ternyata dapat dikreasikan menjadi sebuket bunga. Tampilannya pun tak kalah cantik, lucu serta dijamin awet sepanjang waktu.
Pesona bunga mawar segar memang tiada tandingannya. Sayang umurnya hanya bertahan beberapa hari, setelah itu layu dan akhirnya terbuang begitu saja. Amadea Zulfiah Azmi (Dea), Hilda Izzaty (Hilda), Novi Dwi Ambarsari (Novi) berkreasi merangkai bunga dari gulungan kain jilbab. Pertimbanganya sederhana, karena mereka ingin menghadirkan alternatif kado yang lebih bermanfaat dan sarat makna.
Ide mengkreasi kain jilbab ini berangkat dari ketidaksengajaan. Mulanya ketiga dara ini sedang mencari alternatif kado unik untuk sahabatnya yang akan diwisuda. Tak lama kemudian tercetus ide untuk mengkreasi kain jilbab.
Belajar dari menyaksikan video tutorial, ketiganya mempraktekkan teknik menggulung-gulung kain jilbab warna-warni, hingga berbentuk menyerupai bunga mawar. Selanjutnya, gulungan jilbab itu disusun dan dibalut dengan florist wrapping. Kreasi unik ini pun mereka sebut dengan istilah Hijabbuket.
Tak disangka, kehadiran hijabbuket mendapat respon positif. Tidak hanya dari sahabat, karya mereka juga dengan cepat dikenal halayak.”Teman-teman ternyata antusias dan mendorong kami untuk mengembangkan bisnis hijabbuket,”ungkap Novi.
Ketiganya lalu sepakat menjalani bisnis dengan membuka pemesanan hijabbuket di tahun 2016, dengan modal patungan sebesar 300 ribu Rupiah. Dea, Novi, dan Hilda menamai produknya dengan nama ‘Eluria’. Nama tersebut merupakan gabungan dari ketiga nama mereka masing-masing.
Strategi pemasaran dilakukan dengan memanfaatakan media sosial seperti instagram (eluria.id), juga dengan mengikuti kegiatan bazar. “Strategi promosi paling efektif adalah melalui getuk tular. Dari mulut ke mulut, produk kami lebih cepat dikenal,” ungkap Sari.
Selain merangkai kain jilbab bentuk segi empat, produk eluria juga merangkai jilbab pasmina berbahan saudia dan kain paris. Harga yang dibandrol pun terbilang ramah di dompet. Harga per buket disesuaikan dengan jenis kain jilbab serta banyak yang tersusun di dalamnya. berkisar antara Rp 35 ribu -Rp 90 ribu Rupiah.
Kini, bisnis Hijabbuket kian berkembang. Tidak hanya meladeni pemesan dari lingkup UNAIR , pemesanan Eluria juga merambah hingga luar kota.“ Paling ramai pesanan ketika mendekati wisuda. Di luar itu, pemesan umumnya juga menghadiahkan hijabbuket sebagai alternatif kado ulang tahun, peringatan hari ibu, hingga seserahan,” ungkap Dea.
Selain jilbab, tiga dara ini juga berkreasi menggunakan kain sarung. Tentunya karangan ‘bunga sarung’ ini bisa menjadi alternatif kado untuk kaum adam. Selain dikemas dalam balutan florist wrap, hijabbuket ini juga dikemas ke dalam keranjang mini. Sudah pasti tampilannya jadi semakin menggemaskan.
Pengalaman Baru
Dunia bisnis menjadi dunia baru bagi Dea, Novi, maupun Hilda. Ketiga calon bidan ini bahkan tak pernah mengira bakal menjalani bisnis bersama.“Kami nggak menyangka ternyata masing-masing punya jiwa wirausaha. Semakin digali, ternyata dunia bisnis itu semakin seru untuk dipelajari,” ujar Dea.
Berbisnis memberi mereka banyak pengalaman, termasuk ketika sedang meladeni para kustomer. “Bagi kami, meladeni pemesan yang bermacam-macam karakter sama dengan melatih kesabaran. Apapun permintaannya, yang penting requestnya terpenuhi. Malah dari mereka justru lahir banyak inspirasi baru buat kami untuk menyempurnakan karya ini,” ujar Novi.
Selain modal nekad, mereka juga sepakat untuk tetap konsisten dan berani ambil resiko. Melakoni bisnis ditengah kesibukan mereka sebagai mahasiswa, tentu bukan hal yang mudah.Tak jarang mereka harus mengerjakan pesanan disela-sela menyelesaikan tugas akhir. “ Pernah juga garap pesanan sampai tengah malam di kampus. Tak jarang juga nunut di perpustakaan, sampai diusir-usir petugasnya karena perpustakaan sudah tutup,” kenang Novi disambut tawa Novi dan Hilda.
Pengalaman berbeda pernah dialami Dea pada saat harus menyelesaikan sendiri pesanannya. “ pernah sampai nangis ngerjain pesanan, karena biasanya yang merangkai buketnya kan novi atau Hilda. Tapi karena dua-duanya pas lagi sibuk, jadinya saya yang handle. Bisa-ndak bisa harus jadi pesanannya, karena harus diantar hari itu juga,” kenang Dea.
Dari kejadian itu, mereka sepakat untuk tidak saling mengandalkan satu sama lain. Dalam berbisnis memang harus profesional, begitupun mereka. Masing-masing mereka wajib menguasai teknik merangkai dan mengemas.
Dea, Novi dan Hilda merasa bisnis yang mereka jalani saat ini tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi. Dari bisnis ini mereka membangun mimpi.“Dari keuntungan penjualan, kami sisihkan beberapa persen untuk tabungan bersama. Karena kami bermimpi kelak bisa menempuh pendidikan ke luar negeri,” ungkapnya.
Novi, Dea dan Hilda optimis, bisnisnya akan berkembang dengan baik, mengingat bisni hijabbuket buatan mereka baru satu-satunya di Surabaya.
“ Nggak takut di plagiat?”
“Kami optimis aja, karena rejeki sudah ada yang mengatur. Tinggal pandai-pandainya kami untuk berani berinovasi dan memperkuat ciri khas Eluria,” pungkas Novi.
Sumber : Link

SELEKSI PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN 2017

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 82 Tahun 2017 tanggal 31 Agustus 2017 tentang Kebutuhan Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Pengumuman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Nomor 3691/A.A2/KP/2017 tanggal 4 September 2017 tentang Seleksi Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Universitas Airlangga akan menerima Calon Pegawai Negeri Sipil sejumlah 12 (dua belas).
Untuk melihat detail informasi mengenai Nama Jabatan, Kualifikasi Pendidikan, Jumlah Formasi, dan Renacana Penempatan dapat di unduh disini
Persyaratan, tata cara pendaftaran, tahapan seleksi, jadwal seleksi, penetapan kelulusan, pemberkasan, dan ketentuan lain bisa diunduh dan dibaca di laman http://cpns.ristekdikti.go.id
Sumber : Link

Sunday, September 10, 2017

Mendukung Indonesia Menuju Pemerintahan yang Terbuka

Agie Nugroho Soegiono dosen muda Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. (Foto: Binti Q. Masruroh)

UNAIR NEWS – Perguruan tinggi memiliki andil dalam mendukung open government atau pemerintahan yang terbuka. Agie Nugroho Soegiono dosen muda Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menuturkan, pemerintahan Indonesia saat ini berupaya secara signifikan menuju open government. Namanya, Satu Data Indonesia.
Hanya saja data dan informasi dari pemerintah masih bersifat mentah (raw material) sehingga tidak dapat dibaca dengan mudah oleh masyarakat awam. Namun, para akademisi di perguruan tinggi dapat menterjemahkan sehingga bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan.
“Ada pergantian yang dulunya close by default jadi open by default. Pemerintah sudah memiliki beberapa peraturan hukum yang mendukung implementasi open government. Kita (Indonesia) punya freedom of expression karena tahun 2008 ada keterbukaan informasi publik. Itu berarti bahwa setiap pemerintah harus mempublikasi data atau informasi yang dimiliki kepada publik,” ujar Agie kepada UNAIR News.
Inisiatif pemerintah menuju open government diperkuat dengan keterlibatan Indonesia bersama tujuh negara lainnya dalam mendirikan Open Government Partnership (OGP). Tujuh negara itu adalah Amerika Serikat, Brasil, Meksiko, Inggris, Norwegia, Afrika Selatan, dan Filiphina. Di situ, kata Agie, pemerintah Indonesia belajar dari negara lain yang lebih maju terkait implementasi open government.
Salah satu hasilnya adalah pencarian informasi tidak harus memakai surat, menunggu, dan lama mendapatkan hasilnya. Semuanya tersedia dengan data yang interoperable atau dapat dioperasikan seperti data mentah yang bisa dianalisis ulang.
Agie menuturkan, saat ini pun Indonesia sudah memiliki sistem complaint handling systemyang memungkinkan laporan dari masyarakat dapat terekam. Fungsinya adalah untuk melihat jejak komplain yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah. Seperti, kepada siapa komplain diajukan, sudah sampai tahap apa, serta bagaimana tanggapan pemerintah terkait.
“Dari situ kita mulai bisa untuk komplain yang lebih terorganisir. Kita punya nomor-nomor report yang bisa dilacak untuk memberikan feedback (tanggapan),” ucapnya.
Sejak tahun 2012 lalu, pemerintah memiliki layanan aspirasi pengaduan rakyat bernama Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!). Saat ini, pemerintah sedang dalam upaya menyusun regulasi terkait Satu Data Indonesia. Upaya ini dilakukan mengingat pemerintah belum memiliki definisi khusus terkait sesuatu yang dimaksud dengan ‘data’.
“Keterbukaan informasi publik itu terkait informasi data yang sudah diolah. Sedangkan kita sendiri belum punya definisi yang sesuai dengan landasan hukum. Alhasil, ketika orang minta informasi yang berkaitan dengan data di pemerintah, itu bentuknya macam-macam,” ungkap lulusan Universitas Edinburgh, Inggris.
Apakah segala usaha pemerintah menuju Open government sudah menuju langkah yang baik? Menurut Agie, usaha pemerintah cukup mengarah ke sana. Hanya saja, baru sedikit pemerintah daerah yang menerapkan open government.
Selain itu, open government layaknya pedang bermata dua. Informasi yang kurang tepat untuk dibagikan ke publik dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu yang kontra dengan pemerintah.
“Publikasi beruntun video rapat yang dilakukan pemerintah provinsi oleh Ahok, misalnya. Itu salah satu bentuk open government. Mungkin orang yang oposisi akan melihat itu sebagai umpan, cara untuk menggulingkan pemerintah yang sedang berkuasa,” paparnya.
Namun, terlepas dari itu, sudah banyak pemerintah daerah yang menerapkan open government. Sebagai contoh, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang terpilih mewakili Indonesia sebagai daerah percontohan pada ajang “Open Government Partnership (OGP) Sub-national Government Pilot Program” atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka pada April 2016 silam.
Pemkab Bojonegoro bersanding sejajar dengan negara-negara maju seperti Paris dan London untuk menerapkan open government.
“Itu juga prestasi tersendiri dalam mendukung open government. Walaupun mereka belum punya teknologi yang cukup mutakhir,” paparnya. (*)
Sumber : Link

RS Terapung ’Ksatria Airlangga’ Dilayarkan Perdana dari Makassar Menuju Surabaya

MEGAHNYA kapal phinisi calon Rumah Sakit Terapung “Ksatria Airlangga” di perairan Galesong, Kab. Takalar, Sulawesi Selatan, yang Sabtu (9/9) kemarin resmi dilayarkan menuju dermaga Surabaya. (Foto: Istimewa).

UNAIR NEWS – Alumni Universitas Airlangga mengukir sejarah baru. Selangkah lagi akan benar-benar memiliki kapal yang berfungsi sebagai Rumah Sakit Terapung (RST) “Ksatria Airlangga” dan akan melayani kesehatan masyarakat di pulau-pulau terluar dan terpencil.
Sebuah kapal phinisi sepanjang 27 meter dan lebar 7,2 meter itu, yang dibangun di sebuah galangan phinisi di Kec. Galesong, Kab. Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/9) pagi sudah resmi dilayarkan dan meluncur lancar menuju Kota Surabaya. Di sebuah dermaga di kawasan Tanjung Perak, Surabaya, disanalah kemudian kapal akan dilengkapi dengan peralatan medisnya.
”Mohon doa restunya, pada pagi hari ini (Sabtu 9 September 2017), RS Terapung Ksatria Airlangga akan diluncurkan berlayar dari Makassar ke Surabaya. Semoga pelayaran berjalan dengan lancar untuk menunjukkan bakti Alumni kepada Universitas Airlangga,” tulis Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes., Pengurus Yayasan Ksatria Medika Airlangga, yayasan yang akan pengelola RST “Ksatria Airlangga”. Di kapal itu juga tampak Herni Suprapti, bendahara yayasan Ksatria Medika Airlangga.
Koordinator Staf Dekanat FK UNAIR itu, berada di Galesong, Takalar, mengikuti peluncuran perdana kapal RST yang awalnya diinisiasi oleh sejawat dokter alumni FK UNAIR ini. Kapal diluncurkan dari sebuah dermaga di Galesong, setelah sekitar satu bulan dilakukan uji coba layar di perairan sekitar kawasan produksi kapal khas Bugis itu. Seperti dirancang pada awalnya, RST ini akan menelan biaya sekitar Rp 5 milyar, separuh lebih merupakan biaya pembuatan kapalnya.
Dr. Gadis Meinar membenarkan bahwa sebagai alumni hendaknya berbangga, karena berhasil membangun RST “Ksatria Airlangga” yang pembuatan kapalnya sudah selesai. Selain itu, katanya, ini merupakan RST pertama di dunia yang dimiliki oleh alumni perguruan tinggi yang akan digunakan untuk membaktikan diri pada pelayanan kesehatan dan pengabdian masyarakat di daerah-daerah terpencil di kepulauan Indonesia.
terapung
SUASANA peresmian peluncuran kapal RST “Ksatria Airlangga”. Tampak ada dr. Herni Suprapti, M.Kes (kedua dari kiri), Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes., dan dr. Agus Haryanto, SpB (ketiga dan kedua dari kanan). (Foto: Istimewa)
Ikhwal uji coba dan peluncuran ini juga dibenarkan oleh Agus Hariyanto, dr., SpB., alumni FK UNAIR penggagas ide awal RST ini. Ia yang berdinas di kawasan kepulauan di Maluku Utara itu rajin menengok proses pembuatan kapal ini ke Makassar. Dalam perlayaran perdana menuju Surabaya ini pun, dokter spesialis bedah itu juga terlihat ada di geladak kapal itu bersama para aparat keamanan setempat.
”Saya tidak berani memberi perkiraan berapa lama dan kapan sampai di Surabaya, nanti saja saya kabari,” kata Agus Hariyanto, alumni PPDS FK UNAIR tahun 2006 ini.
Dalam dialog melalui chatt dengan unair.news sebelum ini, Agus Harianto juga mengabarkan sedang menyusun rancangan program pelayaran kapal RST ini untuk sepanjang tahun 2018. ”Unair Goes to Island,” tulisnya.
Ia berharap selain pelayanan untuk pengabdian medis, juga hendaknya sekaligus bsia dimanfaatkan untuk bikin observational research dengan goal memiliki data base tentang kesehatan maritim di pulau-pulau di Provinsi Jawa Timur.
”Saya kira ini sangat terbuka bagi adik-adik peneliti untuk bergabung mengerjakan riset itu, atau bikin riset sendiri dengan mengikuti pelayaran kapal RST ini,” tambahnya. (*)
Sumber : Link